Tak terasa sudah 5 tahun berlalu sejak kepindahanku ke pusat kota. Sebelumnya rumahku terletak di ujung utara bandung, sehingga setiap kali harus berbelanja pilihannya adalah ke pasar tradisionil. Dan pasar tradisionil yg terdekat adalah di Gerlong Tengah. Di pasar inilah saya menjadi langganan tetap penjual nasi kuning dan nasi uduk. Tidak terlalu mewah dan istimewa sebenarnya, tp meskipun dgn harga yg sangat murah ada suatu cita rasa yg khas dari nasi kuningnya yg membuat pelanggan selalu kembali untuk mencicipi nasi kuning tsb sbg hidangan sarapan di pagi yg dingin.

Penjual nasi kuning tsb adalah sepasang suami istri yg sudah tua, dan selalu bergantian saat menjual dagangannya. Jika hari ini adalah sang bapak, maka esoknya ibu-nya lah yg berjualan. Karena saking larisnya dagangan, dari buka jam 5 pagi maka jam 8 dijamin sudah nda akan kebagian.

Pagi ini, setelah 5 tahun tidak berkunjung ke warung nasi kuning tsb, saya kembali menyempatkan untuk mampir menikmati nasi kuningnya. Karena kebetulan pagi ini terasa lapar dan cuaca juga sangat dingin sekali.

Setelah memarkirkan sepeda motor di samping gerobaknya, dan membuka helm, ternyata si bapak yg hari ini sedang menjual nasi kuning. Begitu melihat saya, si bapak langsung menghampiri, dan menyalami, dan berujar dalam bahasa sunda halus. Sayangnya saya nda ngerti bahasa sunda halus, tapi intinya adalah “kemana aja selama ini dik, lama sekali nda keliatan”

Sambil terharu mendengar bahwa si bapak masih mengingatku, saya bercerita kalau sekarang sudah pindah rumah ke daerah selatan bandung. Dan saya pun mengutarakan kalau masih kangen dengan nasi kuningnya. Si bapak langsung memasang wajah sedih, dan berkata kalau lauk pauknya sudah habis sama sekali, hanya tinggal nasi-nya saja.

Melihat wajah sedihnya, saya pun menghiburnya, “nda papa pak, nasi saja dgn sambel oncom dan krupuk sudah lebih dari cukup buat saya”

Dan betapa trenyuhnya diriku saat melihat bagaimana bapak itu dgn tangan yg gemetaran menyendok nasi kuning dari wadahnya, mengambil sambel oncom yg masih tersisa di rantang, dan menyiapkan sepiring krupuk sbg teman makan nasi kuning. Baru sadar diriku bahwa bapak ini sudah tua sekali, jauh lebih tua dibandingkan saat 5 tahun yg lalu.

Sembari menikmati hidangan, si bapak bercerita kalau sekarang sudah jauh berkurang yg mau belanja di pasar, karena orang lebih suka berbelanja ke supermarket. Dgn pengunjung yg berkurang, maka pembeli nasi kuning pun jg jauh berkurang.

Dan tidak terasa saya bertanya, “ibu kemana pak? sehat2 saja kan?”

Dan bapak itu pun berujar, “ibu sudah meninggal 3 tahun yg lalu”