Desember 2012 – Januari 2013, bersama team yg terdiri dari 5 orang berangkat ke Melbourne dalam rangka mengemban tugas untuk menjajagi kerja sama di bidang edukasi dengan perguruan tinggi yg ada di Melbourne. Meskipun hanya 5 minggu di sana, dan sebagian besar waktu dihabiskan justru di komunitas Indonesia (pantesan IELTS kagak nambah-nambah, lha wong disana malah pake bahasa sunda…hihihi), namun ada beberapa pengalaman dan pengetahuan menarik yang bisa diambil hikmahnya :
- pendekatan dalam mendidik anak2 di aussie sangat independent, spt misalnya :
- anak2 dibiasakan membersihkan peralatan yg mereka gunakan sendiri
- saat sudah cukup umur (16 tahun) mereka “dipaksa” untuk bekerja sambilan mandiri untuk bisa menghargai kerja dan uang
- saat sudah dewasa (22 tahun) mereka boleh untuk mandiri pindah ke rumah sendiri
- law enforcement sangat kuat, sehingga setiap orang patuh pada hukum (karena denda yg diberikan juga sangat besar). Selain itu di jalan2 sangat jarang dijumpai polisi, karena polisi cukup memonitor dari CCTV, yg jika ada yg melanggar maka foto dari CCTV akan dikirimkan ke ybs untuk dikenai denda
- safety and responsibility, faham kehidupan penduduk australia. Seperti misalnya penjualan obat sangat ketat, kepatuhan pada hukum meskipun tidak ada law enforcement
- biaya hidup di Melbourne sangat tinggi jika diukur dgn pendapatan saya 🙂 untuk tingkat survival saja dibutuhkan A$ 2000, tp jika bisa bekerja (kerja apa pun, spt misalnya mengantar brosur mendapat A$ 400) masih sanggup untuk membiayai hidup
- pensiunan dan pengangguran diurus oleh negara, dengan memanfaatkan pajak yg berasal dari kaum pekerja (usia produktif). ini mencakup healthcare yang menjadikan biaya berobat menjadi sangat murah, bahkan gratis
- para pekerja sudah terbiasa menabung untuk annual vacation
- minimal wages (honor kerja) adalah A$ 17/jam, dan jika lembur bisa mencapai 3x lipat (sabtu, minggu, hari libur mencapai 3x)
- koneksi Internet sangat mahal, paket termurah adalah A$ 24 untuk 3GB (bukan unlimited, jadi jika quota sudah tercapai maka paket akan diputus atau tidak bisa internet)
- biaya transportasi umum sangat mahal, dimana untuk lokasi yg beda zone akan menghabiskan A$ 12 pulang pergi
- porsi makanan sangat luar biasa banyak 😀 untuk seporsi makan (rata-rata A$ 8 ) maka nasinya bisa nambah sepuasnya
- ada kecenderungan tinggi hati, dengan menganggap bangsa lain (dan bahkan yg berada jauh dari kota) memiliki IQ lebih rendah. Hal ini memicu rasa kecewa saat ada bangsa lain yg menguasai market mereka
mari kita ambil yg bagus dari mereka untuk bisa meningkatkan rasa percaya diri bangsa kita. Bahkan sempat terharu saat ada seorang gadis cantik dan luar biasa pintar (kuliah di RMIT) namun tetap ingin kembali ke Indonesia untuk membangun negaranya. Kalimatnya adalah “jika saya tinggal di Australia, ya saya akan hidup tenang dan survive. Namun saya ingin berarti, dengan memberikan perbedaan bagi negara saya”. Salut!!