• About Author
  • Dharma
  • Materi Ajar
    • Algoritma dan Pemrograman
    • Boolean Algebra
    • Microprocessor and Arduino
    • Network Security
    • New Generation Network
    • Software-defined Network
  • Membangun Server dengan FreeBSD
  • Programming Sector
  • Sosialita
  • Survival Guide

kn-OWL-edge

~ knowledge is power and weapon

kn-OWL-edge

Monthly Archives: Maret 2017

Gimana sih cara kerja Google Scholar?

24 Jumat Mar 2017

Posted by bogi in Seputar IT

≈ 1 Komentar

Tag

cara kerja google scholar, daftar google scholar, DSpace, EPrints, google, google scholar, OJS, scopus, thomson reuters

Punya publikasi dan ingin diindex oleh Google Scholar?
Kenapa publikasi saya nda masuk ke Google Scholar?
Gimana sih cara kerja Google Scholar?

Seringkali liat website publisher, entah jurnal (journal) atau prosiding (proceeding) yang mempromosikan bahwa paper-paper yg ada di mereka akan diindex oleh Google Scholar. Rada bingung juga, karena sebenarnya Google Scholar itu free dan kita bisa secara pribadi mendaftarkan publikasi kita di Google Scholar, tentu saja sepanjang aturan2 dari Google Scholar telah kita penuhi.

Sebelum masuk ke cara kerja Google Scholar, ada baiknya kita diskusikan dulu apa itu Google Scholar. Sama spt Google yang melakukan indexing (mendata dan mendaftarkan) berbagai informasi, Google Scholar juga melakukan hal yg sama, hanya saja yg diindex adalah karya tulis ilmiah. Karena Google Scholar merupakan subset dari Google, maka persyaratan untuk bisa masuk daftar Google Scholar tentunya lebih rumit. Scopus dan Thomson Reuters juga sama spt Google Scholar namun dgn persyaratan yg jauh lebih rumit.

Jadi gimana caranya agar publikasi kita bisa diindex di Google Sholar?

Untuk bisa diindex oleh Google Scholar, kita harus punya wadah untuk publikasinya. Ada beberapa wadah publikasi yg diperbolehkan oleh Google Scholar, mulai dari yg paling sederhana sampai yg paling keren:

  1. homepage atau website pribadi, bisa pake yg free spt WordPress, Blogspot, Blogger, atau pake yg sedikit bermartabat spt website yg disediakan oleh perusahaan atau institusi kita spt misalnya http://www.institusiku.ac.id/~namaku atau http://namaku.staf.institusiku.ac.id
  2. aplikasi in-house (bikin sendiri) untuk repositori atau publikasi
  3. aplikasi publikasi spt OJS (Open Journal System) yg mencakup proses untuk submission, review, dan publishing
  4. aplikasi repositori spt DSpace atau Eprints yg sangat powerful untuk indexing

Setelah karya tulis kita sudah ada di web, maka selanjutnya adalah memastikan bahwa web publikasi kita sudah “Google Scholar Friendly”, dalam artian Google Scholar tidak akan mendapatkan kesulitan saat membaca website publikasi kita. Tahapan ini hanya berlaku jika kita menggunakan pilihan wadah publikasi nomor 1 dan 2 di atas. Kalau pakai yg nomor 3 dan 4 (OJS, DSpace, Eprints) kita nda perlu lagi pusing2 dgn “Google Scholar Friendly” karena sudah dijamin pembuat aplikasi2 tsb yg pusing tujuh keliling dgn mesin indexing spt Google Scholar (seiring berjalannya waktu, aturan2 indexing dari Google Scholar juga berkembang semakin ketat dan rumit).

Tahapan terakhir adalah mendaftarkan website publikasi kita ke Google Scholar, untuk meminta Google Scholar memulai membaca karya2 tulis kita.

 

Informasi lebih lanjut bisa dilihat di Google Scholar Help

Untuk mendaftarkan web publikasi ke Google Scholar bisa dilakukan disini

Akhir kata, selamat meningkatkan h-index  🙂

 

Pingin tau apa itu ITIL?

23 Kamis Mar 2017

Posted by bogi in Materi Ajar, Seputar IT

≈ 2 Komentar

Tag

Continual Service Improvement, IT Infrastructure Library, ITIL, ITSM, Service Design, Service Operation, Service Strategy, Service Transition

ITIL (IT Infrastructure Library) memberikan arahan bagaimana cara mengelola IT dengan lebih baik. ITIL merupakan dokumentasi best practice dari berbagai perusahaan dalam memberikan layanan IT.

ITIL membagi pengelolaan IT menjadi 5 tahapan yg membentuk siklus:

  1. Service Strategy
    pada tahapan ini kita membuat dokumen yang menjelaskan strategi dari departemen IT untuk mendukung tujuan perusahaan. Dokumen mencakup:
    1. strategi untuk layanan IT
    2. portofolio layanan
    3. dukungan finansial untuk layanan IT
    4. permintaan atau kebutuhan layanan
    5. relasi layanan dengan bisnis
  2. Service Design
    pada tahapan ini kita membuat dokumen yang “menurunkan” strategi menjadi peta layanan dan desainnya. Dokumen mencakup:
    1. desain layanan
    2. katalog layanan
    3. penjaminan layanan
    4. ketersediaan layanan
    5. kapasitas layanan
    6. keberlanjutan layanan
    7. keamanan layanan
    8. suplier layanan
  3. Service Transition
    pada tahapan ini kita membuat dokumen dan sekaligus juga mengawal pengerjaan pengembangan dari layanan, termasuk memperkenalkan layanan baru ke stakeholder. Dokumen mencakup:
    1. rencana transisi dan dukungannya
    2. manajemen perubahan
    3. aset dari layanan dan konfigurasinya
    4. rencana rilis dan pemakaian
    5. validasi dan testing layanan
    6. evaluasi perubahan
    7. manajemen pengetahuan
  4. Service Operation
    pada tahapan ini kita mengelola layanan pada stakeholder. Dokumen mencakup:
    1. manajemen event
    2. manajemen akses
    3. pemenuhan permintaan layanan
    4. manajemen problem
    5. manajemen insiden
  5. Continual Service Improvement
    pada tahapan ini kita membuat dokument tentang tata cara untuk peningkatan layanan. Dokumen mencakup:
    1. identifikasi strategi untuk peningkatan layanan
    2. identifikasi dan tata cara pengukuran
    3. identifikasi dan tata cara pengumpulan data ukur
    4. tata cara pemrosesan data ukur
    5. tata cara analisa data ukur
    6. tata cara presentasi hasil analisa
    7. tata cara mengimplementasikan peningkatan layanan

Ternyata lumayan banyak yg bisa dikaji kalau kita mau meningkatkan layanan IT di perusahaan kita  🙂

Untuk bacaan lebih lanjut: IT Infrastructure Library

Pingin mengelola IT dengan lebih baik?

22 Rabu Mar 2017

Posted by bogi in Materi Ajar, Seputar IT

≈ Tinggalkan komentar

Tag

COBIT, Continual Service Improvement, IT Infrastructure Library, ITIL, ITSM, Service Design, Service Desk, Service Operation, Service Strategy, Service Transition

Capek dikomplain terus layanan IT anda oleh user?
Panas disindir kalau departemen IT anda cuma bisa ngabis2in uang perusahaan?
Pingin mengelola Service Desk (Help Desk) tapi nda tau gimana caranya?
Pingin mengukur kinerja departemen IT anda?
Pingin pamer ke pimpinan dan ke masyarakat bahwa departemen IT sudah melaksanakan IT Service Management?

IT Service Management adalah jargon yg bisa buat menjual diri anda maupun departemen IT anda, atau bahkan perusahaan anda. Menjual bahwa anda, unit anda, atau perusahaan anda sudah melaksanakan dan mengelola layanan dengan baik.

Pertanyaannya menjadi: bagaimana caranya mengelola layanan IT dengan baik?

Ada beberapa acuan atau framework yg bisa kita gunakan untuk hal ini, ada COBIT®, ada ITIL®, ada ISO, dll. Ada banyak framework yg bisa dipakai, tapi jadi bingung milihnya.

Jadi kapan kita memilih ITIL®?
Kapan kita memilih COBIT®?
Kapan kita memilih ISO?

Jawabannya tergantung kondisi eksisting layanan IT di tempat anda.

Jika belum ada atau sangat sedikit layanan IT yg disediakan, atau masih bingung layanan IT apa saja yg perlu disediakan, maka pilihannya adalah ITIL® dari AXELOS.com.

Jika sudah ada layanan IT, lengkap dengan prosedur, proses, instruksi, dll, maka kita bisa meningkatkan kontrol terhadap layanan IT tsb dengan menerapkan COBIT® dari ISACA.org.

Jika sudah ada layanan IT, lengkap dengan prosedur, proses, instruksi, dll, maka kita bisa menguji kesesuaian (comply) dengan aturan2 legal dengan menggunakan ISO.

Presentasi tentang ITIL dan ITSM termasuk Service Desk bisa diunduh di sini:

IT Infrastructure Library

IT Service Management

Memetakan Aplikasi

22 Rabu Mar 2017

Posted by bogi in Materi Ajar, Seputar IT

≈ 1 Komentar

Tag

Application Framework, Business Process Framework, Frameworx, peta aplikasi, TM Forum

Departemen IT anda punya banyak (sekali) aplikasi?
Bingung punya Service Desk (Help Desk) tapi kerjanya hanya reset password?
Terlalu banyak request dari unit lain untuk bikin aplikasi?
Requirement untuk aplikasi selalu nambah terus?

Saatnya untuk mengubah paradigma dari “IT Support” menjadi “IT Driven”

Terlalu banyak aplikasi, apalagi aplikasi2 tsb nda saling nyambung (berdiri sendiri2), memang bisa bikin orang IT pusing kepala  🙂

Cara yg tepat untuk mulai mengurangi beban kehidupan tsb bisa dilakukan sesuai arahan dari TM Forum yang menerbitkan Frameworx. Salah satu komponen di dalam Frameworx adalah Application Framework, yang sangat bermanfaat untuk dipakai jadi peta aplikasi.

Sebentar, apa itu peta aplikasi?
Peta aplikasi digunakan untuk menjawab 3 pertanyaan:

  1. Jika kita punya suatu aplikasi, di domain mana posisi aplikasi tsb?
  2. Seperti apa konstelasi (hubungan) antar aplikasi2 kita?
  3. Apakah kita sudah memiliki semua aplikasi yg dibutuhkan?

Dengan menggunakan peta aplikasi, kita bisa memetakan suatu aplikasi dan kemudian mengetahui apakah aplikasi tsb overdosis (kebanyakan fungsi), underdosis (kekurangan fungsi), ataukah sudah sesuai dosis  🙂

Presentasi tentang peta aplikasi bisa diunduh di sini:

IT Foundation – Application Map

5 hal yg paling bikin dosen sesak nafas

07 Selasa Mar 2017

Posted by bogi in sosialita

≈ Tinggalkan komentar

Tag

ditanya cuma diam, dosen, nda bisa ngajar, nyontek, selfie di kelas, sesak nafas, tugas tambahan, yang penting lulus

Udah 18 tahun jadi dosen, tapi tetap aja suka sesak nafas kalau ngadepin 5 hal berikut:

  1. Punya mahasiswa / mahasiswi yg penampilannya jauh lebih keren dari saya.
    Dari kampus memang hanya bisa mengatur pakaian mahasiswa adalah rapi dan sopan, namun tidak mengatur asesori yg bisa dikenakan. Coba deh, dosennya pake baju hem (bener nda sih nulisnya?) tapi mahasiswa-nya pake baju kerah tapi di dalamnya pake kaos turtle neck spt artis korea, ditambah dgn syal panjang yg dibelitkan di leher dan kacamata rada item (katanya sih kacamata minus, tapi keren abis euy)
  2. Punya mahasiswa / mahasiswi suka nanya ttg materi di kelas tapi pas dikasi soal ujian cuma bisa bengong aja.
    Bahas materi tentang bikin aplikasi (sangat amat super duper) sederhana dg bahasa C spt cuma nulis “Hello World”, trus pada nanya macam2 yg merembet ke advance stuff spt void dan single quote vs. double quote. Trus pas ujian disuruh bikin aplikasi yg nulis isi variabel, eh langsung minta remedial
  3. Punya mahasiswa / mahasiswi yg ngulang ambil mata kuliah tapi nda pernah ikut kuliah.
    Ngajar mahasiswa / mahasiswi yg ngulang (mungkin kangen liat dosennya jadi pingin ngulang lagi dan lagi dan lagi) dan bercampur dg mahasiswa lain yg ngambil jatah (sesuai porsinya) memang banyak suka dukanya. Sukanya sih udah pada kenal jadi udah tau maksud dan motivasi mereka sebenarnya sampai ngambil lagi mata kuliah ini. Dukanya sih mereka sering nyepeleein dosennya (emang gw cowo apaan syih?), mungkin ngerasa udah master jadi bisa belajar sendiri di kosan. Nda pernah hadir di kelas, waktu ujian cuma 30 menit udah nyerahin kerjaannya (kereeen boo!!), tapi pas liat berkas ujiannya spt melihat musim salju…… putih….. seputih kapas…… dan diakhir semester datang menghadap minta tugas tambahan… apa ajaaa deh yg penting biar bisa lulus
  4. Punya mahasiswa / mahasiswi yg proaktif selfie totaliter defensif kekinian.
    Ngajar di kelas, jelasin pake slide presentasi, animasi, dan papan tulis. Tiap 5 menit ada aja mahasiswa yg maju ke depan buat moto papan tulis pake hape. Mending kalau cuma moto penjelasan di papan tulis, kan lebih keren kalau sekalian selfie buat dipajang di instagram “nih gw lagi belajar bikin coding pake C”.
    Trus baru ngomong 1 kalimat udah dipotong nanya atau bandingin dgn hasil searching di Google atau pengalaman pribadinya, tapi pas ditanya balik boro2 kalau akhirnya cuma bilang “kata temen sih Paaa….” ini malahan langsung nyedot gelas jus yg udah hampir kosong biar bikin efek tegang dalam penantian
  5. Punya mahasiswa / mahasiswi yg udah lulus tapi masih inget pada diriku.
    Kesulitan bagi dosen (apalagi yg padat karya dg tiap kelas ada 30 orang) adalah menghafal semua mahasiswa nya. Makanya pas mereka udah lulus lama trus ketemu di mall dan mereka langsung histeris manggil2 nama, rasanya tuh jadi sesak nafas…… jadi pingin nangis soalnya mereka tau banget nama saya padahal udah banyak berubah (terutama di bagian tengah dan di atas) dan saya nda inget mereka itu siapaaaaaaa……..

Menggabungkan aplikasi2 dalam suatu framework

02 Kamis Mar 2017

Posted by bogi in Seputar IT, sosialita

≈ Tinggalkan komentar

Tag

BUMN bersih, framework aplikasi, integrasi aplikasi, peta aplikasi, roadmap aplikasi

Kamis, 2 Maret 2017

Hari ini berkesempatan mengunjungi salah satu BUMN di Jakarta. Mereka memiliki kendala dalam aplikasi operasional, bukan karena minimnya aplikasi tapi justru jumlah aplikasi yang ada telah mencapai ratusan (wow!). Hal ini membuat bagian IT menjadi sibuk hanya untuk mengurusi ratusan aplikasi2 tsb. Jelas saja bingung, lha jumlah personil IT-nya hanya ada belasan sementara aplikasinya mencapai lebih dari 200! Dan yg membuat lebih rumit lagi, aplikasi2 tsb berdiri sendiri2 tidak ada kesamaan data, misalnya seorang pegawai login ke aplikasi X dgn user “abc” tapi login ke aplikasi Y dgn user “def”.

Fiuuhhh…… sruput teh dulu…..

Ada beberapa hal yg dikeluhkan oleh bagian IT:

  1. Dari aplikasi operasional yg berjumlah lebih dari 200 itu, hampir semuanya dikembangkan oleh unit2 di daerah tanpa kordinasi dgn pusat
  2. Hampir semua aplikasi dikembangkan oleh pihak ketiga yg seringkali tidak mau membagi source code-nya, sehingga setiap pengembangan harus dilakukan oleh vendor yg sama berulang2
  3. Tidak adanya perencanaan roadmap aplikasi sehingga aplikasi2 saling tumpang tindih tanpa standarisasi dan tanpa perencanaan

Dari keluhan2 tsb, bagian IT meminta arahan, bagaimana caranya mengurangi “kesibukan” operasional mereka dan mulai menata aplikasi2 menjadi lebih fokus.

Saran saya untuk mengatasi hal tsb:

  1. Tentukan framework standar yg ingin digunakan, terutama framework yg memberikan arahan terkait peta aplikasi. Untuk dunia telekomunikasi, framework yg bisa digunakan adalah TAM dari tmforum.org. TAM atau dulu sering dianggap sbg singkatan dari Telecommunication Application Map (sekarang diklaim sudah terbuka untuk semua bisnis jasa, tidak hanya telekomunikasi saja) memberikan arahan untuk menjawab 3 hal:
    1. dimana posisi suatu layanan aplikasi ?
    2. seperti apa konstelasi layanan aplikasi ?
    3. apakah layanan aplikasi kami telah komplit dan memenuhi semua aspek ?
  2. Setelah ditentukan frameworknya, selanjutnya ada 2 jalur yg bisa diambil:
    1. jalur cepat: membangun aplikasi yg sesuai dgn framework dan semua aplikasi eksisting dihapus. Hal ini lebih mudah dari aspek pembangunan tapi akan sulit dalam melakukan sosialisasi (change management)
    2. jalur lambat: mengevaluasi seluruh aplikasi yg ada, lalu memetakan setiap aplikasi ke dalam framework, lalu menentukan:
      1. aplikasi mana yg akan menjadi pusat data (masterdata)
      2. aplikasi mana yg bisa dikembangkan kemampuannya
      3. aplikasi mana yg harus dikurangi kemampuannya
      4. aplikasi mana yg harus dihapus
      5. aplikasi mana yg harus dibuat dari nol
  3. jika jalur lambat yg dipilih, maka akan ada 3 fase:
    1. fase pengembangan, dimana kemampuan yg terdapat pada framework namun belum ada aplikasinya, maka aplikasinya akan dibangun dari nol, atau aplikasi yg sudah ada tapi perlu dikembangkan untuk mencakup lebih banyak kemampuan. Selama proses pengembangan, aplikasi yg sudah ada tapi tidak dikembangkan atau akan dihapus akan diintegrasikan dgn aplikasi utama yg sedang dikembangkan, untuk tujuan kesamaan data
    2. fase paralel run, dimana aplikasi utama dan aplikasi lain (yg akan dihapus) berjalan bersama, sembari dilakukan sosialisasi kepada user untuk bisa berpindah ke aplikasi utama
    3. fase go live, dimana aplikasi lain dihapus dan hanya aplikasi utama yg berjalan.
  4. Hal terpenting untuk diperhatikan adalah point 2.2.1 di atas, yaitu pentingnya 1 masterdata untuk membangun Single ID (hanya ada 1 login untuk semua aplikasi) dan kemudian bisa ditingkatkan menjadi Single Sign On (SSO) yg berarti login di 1 aplikasi maka user tidak perlu lagi menginputkan login di aplikasi lainnya

Mumet? sruput teh dulu dan biarkan konsultan yg bekerja  🙂

Berlangganan

  • Entries (RSS)
  • Comments (RSS)

Arsip

  • Maret 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • Juni 2020
  • April 2020
  • Februari 2020
  • Oktober 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • Agustus 2018
  • Juni 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015
  • November 2015
  • November 2014
  • Oktober 2014
  • September 2014
  • Agustus 2014
  • Juni 2013
  • Mei 2013
  • April 2013
  • Februari 2013
  • Januari 2013
  • November 2012
  • Maret 2012
  • November 2011
  • Oktober 2011
  • Agustus 2011
  • Juli 2011
  • Juni 2011

Kategori

  • Dharma
  • Materi Ajar
    • Artificial Intelligence
    • IT audit
    • microprocessor
    • Multimedia System
  • Seputar IT
    • FreeBSD
    • OSS
  • sosialita
  • Teknologi
  • Uncategorized

Meta

  • Daftar
  • Masuk

Blog di WordPress.com.