Nda tau kenapa taksi yg menyediakan media panggil melalui aplikasi smartphone dibilang taksi online sementara taksi yg menyediakan media panggil melalui call center via phone dibilang “tradisional”, padahal saat ini taksi yg disebut “tradisional” tersebut, misalnya Blue Bird, sudah menyediakan media panggil melalui aplikasi smartphone.
Sebenarnya udah sejak lama taksi online beredar dan dari berita sering pula “berselisih” dengan taksi “tradisional” yang sudah beredar jauh sebelumnya. Bahkan di beberapa lokasi spt bandara, hotel dan mall yg sudah “dikuasai” oleh hanya 1 taksi “tradisional” dengan tegas menolak adanya taksi online yg datang untuk menjemput pelanggan. Hal ini juga berlaku untuk ojek, antara ojek pangkalan dengan ojek online.
Sudah banyak sekali rekan kerja, mahasiswa, bahkan istri sendiri yg menggunakan jasa taksi online. Tapi kok ya saya masih tetap enggan pakai taksi online dan tetap pakai yg tradisional, panggil ke call center untuk dicarikan taksi yg terdekat dan available. Istri sendiri sampai “gemas” melihat saya yg enggan pakai taksi online, padahal jauh lebih murah dan mobilnya juga lebih bagus (baca: baru).
Alasan saya juga tradisional, saya tetap lebih memilih yg tradisional karena beberapa pertimbangan:
- ada rasa “percaya” dengan armadanya karena kantornya jelas ada di mana;
- ada rasa “percaya” dengan drivernya karena menggunakan seragam yg jelas dan kartu anggotanya terpampang dengan jelas di dashboard;
- ada rasa “percaya” dengan mobil-nya karena warna dan atributnya jelas;
- ada keinginan untuk berbagi rejeki karena nda tega dengan tarif yg diberikan taksi online yg menurut saya terlalu murah.
Selain itu juga karena pernah punya pengalaman kurang asyik ketika dipaksa istri untuk naik ojek online buat ngajar di kampus, karena buru2 dan motor sedang bermasalah akhirnya untuk pertama kalinya mengiyakan menggunakan jasa ojek online. Driver datang dengan cepat dan langsung menembus perjalanan tapi ternyata di tengah perjalanan yg melewati perumahan (biar nda kena macet) bensinnya abis 🙂
Untunglah ada ojek tradisional yg dengan tulus menawarkan bantuan mengantar saya ke kampus sehingga bisa datang di kelas tepat waktu.