Sudah cukup lama pakai WhatsApp, semenjak GoogleTalk dilikuidasi dan diganti jadi Hangout, langsung beralih ke WhatsApp. Selain WhatsApp saya juga pakai Telegram, sempat pakai BBM dan Line tapi cuma sebulan trus saya hapus. Alasannya karena BBM terasa berat berjalan di hape dg RAM 1GB dan juga karena hampir nda ada rekan kerja atau mahasiswa yg pakai BBM. Kalau Line? Bosen denger bunyi notifikasi yg isinya cuma berita2 gaje 🙂
Beberapa hari ini pada ngeributin adanya konten porno di WhatsApp. Konten porno yg dilaporkan tsb disediakan dalam format GIF namun tidak disediakan langsung oleh WhatsApp, melainkan oleh Tenor. Hal ini terlihat saat kita klik tombol GIF maka akan muncul tulisan “Search GIFs via Tenor”.
Kenapa WhatsApp menggunakan jasa pihak ketiga untuk menyediakan konten emoji GIF? Banyak alasannya sih, bisa karena alasan bisnis, efisiensi, atau bisa juga karena hanya malas 🙂 Iya, bikin GIF yg bagus itu nda gampang lho, harus sering nonton film agar bisa mencari ekspresi yg sesuai untuk suatu emosi tertentu.
Kemarin sempat akses ke Tenor diblok, sehingga saat klik tombol GIF yg muncul “Check your phone’s Internet Connection and try again” karena akses ke Tenor ditutup oleh ISP sesuai instruksi pemerintah. Namun saat ini emoji GIF dari Tenor sudah bisa digunakan lagi karena memang sudah diperbaiki.
Tapi apakah memang benar sudah diperbaiki?
Kalau dicoba, kita sudah tidak bisa lagi search dgn keyword “sex” atau “lesbian”, karena hasilnya adalah “Search return no result”. Namun kalau kita hanya mengetikkan “se” atau “les” beberapa emoji GIF yg sebelumnya diblock ternyata masih muncul.
Kesimpulannya?
Sepertinya Tenor mengaktifkan keyword filtering, jadi jika ada yg menuliskan keyword “sex” dan “lesbian” maka Tenor akan langsung memblokirnya dan memberikan hasil search yg kosong. Tapi jika yg diinputkan adalah “se” atau “les” maka Tenor tidak menganggapnya sbg kata terlarang sehingga beberapa gambar GIF masih tetap muncul.
Teknologi keyword filtering ini sering disebut dengan wordfilter yang hanya membatasi kata demi kata tanpa peduli dengan konteksnya (topik pembicaraan). Sebagai contoh, saat dulu masih suka ngulik2 Squid sbg proxy server, kita bisa membatasi akses user berdasarkan kata terlarang (bad word). Misalnya kita masukkan kata “sex” sebagai kata terlarang, maka jika user browsing ke suatu situs yg ada frase “sex”-nya maka akses ke situs tsb akan diblokir. Padahal mungkin saja frase “sex” tsb adalah untuk mengirimkan form yg menanyakan jenis kelamin kita (male atau female).
Teknik wordfiler yg lebih canggih adalah regex atau regular expression, dimana pembatasan akses tidak hanya berdasarkan kata terlarang, tapi juga melihat konteks atau isi dari informasi lengkapnya. Misalnya suatu situs membahas tentang sextan, suatu alat navigasi untuk mengukur jarak antara 2 benda. Kata “sextan” mengandung frase “sex” yg jika menggunakan wordfilter sederhana maka akan langsung diblok, namun dgn menggunakan regex maka akses ke situs tsb akan dibuka karena sextan tidak terkait dengan “sex”.
Kembali ke WhatsApp.
Bagaimana caranya agar emoji GIF yg tidak pantas tadi bisa ditutup sepenuhnya?
Jawabannya cuma bisa dilakukan oleh Tenor. Tenor harus mau mengkategorikan dan merating emoji-nya. Spt misalnya mana yg konten dewasa dan mana yg konten remaja, dan mana yg konten semua umur.
Dengan adanya kategori dan rating tersebut, WhatsApp atau pengguna jasa Tenor bisa membatasi akses ke emoji tertentu.
Apa alternatif dari WhatsApp agar terhindar dari emoji GIF yg tidak pantas tsb?
Telegram?
sama saja, kita bisa mencari emoji GIF di Telegram yg tidak pantas untuk dikonsumsi anak2.
Kemarin ada yg mengatakan “ngapain ngeributin porn GIF di WhatsApp? di Google lebih parah tuh”. Seharusnya kita tidak membandingkan kasus WhatsApp dengan Google. WhatsApp melalui Tenor menyediakan konten-nya langsung, sementara Google hanya mengindex (menyimpan metadata) gambar2 yg disimpan di tempat lain. Jadi menurut saya kita nda bisa menyalahkan Google yg menyimpan gambar porno, karena Google tidak menyimpannya. Tapi kita bisa menggunakan fitur “Send Feedback” yg disediakan Google untuk melaporkan gambar2 yg tidak pantas. Selain itu, kita bisa memanfaatkan layanan DNS Nawala untuk memblokir akses ke situs2 yg tidak pantas. Tetap muncul di Google, tapi begitu linknya diklik akan diblokir oleh Nawala.
Internet sehat dan bersih 🙂