Tag
Sepuluh tahun lalu saya belajar menyetir mobil dengan sabar. Lama mengemudi di Bandung ternyata membentuk karakter saya dalam mengemudi mobil, grusa-grusu, selalu mencari celah untuk menyelip, terbiasa melihat kesempatan untuk menyalip kendaraan lain, nda rela pake banget jika lajur lain lebih lancar, ngamuk sengamuknya ngamuk jika pas kena angkot yg berhenti di tengah jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.
Mengemudi di Semarang benar2 membuat saya terkagum2, semua mobil plat H begitu sabarnya jika kena lajur yg macet, tetap setia menunggu lajurnya lancar, tidak ada sama sekali suara klakson tanda tak sabar, tidak ada yg berusaha pindah ke lajur lain yg lebih lancar. Taksi dan kendaraan umum lainnya juga begitu tertib, tetap ada rasa ewuh pekewuh untuk tidak membuat kemacetan.
Tapi itu sudah lama, sekitar 10 tahun yg lalu. Dua hari ini saya merindukan keramahan orang Semarang. Kemarin dari Banyu Manik ingin ke Bukit Sari, tidak ketemu pengemudi yg mau memberikan jalan saat ingin memotong masuk ke jalan. Bahkan ada yg dengan sengaja menghentikan mobilnya untuk menghalangi mobil saya, padahal jika dia maju sedikit saja, saya bisa masuk ke jalan yg ingin saya lalui.
Hari ini, terbiasa dg aturan “belok kiri mengikuti rambu”, dipepet dan dipelototi oleh supir angkot. Lama juga diberikan “pandangan penuh kasih” olehnya, sampai kemudian dia melaju terus untuk 20 meter kemudian belok ke kiri.
Mudah2an saya tetap diberi kesabaran dalam berkendara 🙂
Selamat Natal, semoga damai selalu bersemi dalam hati kita.