Tag

, ,

Saat ini banyak orang jadi berharap banyak agar berita hoax bisa dicek langsung oleh mesin sehingga berita2 hoax bisa dihilangkan. Kayaknya orang2 tsb kebanyakan nonton film science fiction yg menonjolkan AI (artificial intelligence) yg sudah setara bahkan lebih baik dari manusia. Sayangnya sampai saat ini AI masih bekerja sesuai algoritma yg diajarkan padanya, dan masih sangat jarang sekali mesin AI yg bisa belajar sendiri, dalam artian bisa mengembangkan pengetahuannya dg belajar sendiri dan menambahkan hasil belajar tsb ke pengetahuannya.

Jika kita ingin suatu mesin bisa mengecek hoax, maka ada beberapa pendekatan yg bisa digunakan, dan itu semua adalah kuantitatif yg outputnya adalah nilai persen tingkat kepercayaan:

  1. mengecek sumber asal muasal berita, apakah dari situs berita terpercaya atau tidak. Jika berasal dari situs berita yang tidak terpercaya (spt misalnya portal opini atau yg tidak pernah menerbitkan versi media cetaknya), maka berita tersebut bisa dinyatakan hoax
  2. mengecek kredibilitas orang yg menulis berita tsb, apakah dia memang kompetensinya di bidang tsb atau tidak
  3. mengecek kredibilitas orang yg “share” berita tsb, apakah dia memang kompetensinya di bidang tsb atau tidak
  4. menghitung jumlah yg ngasi “like” dan “share” berita tsb

Jadi intinya adalah pelabelan informasi, jika label-nya salah ya hasil perhitungan persentase tingkat kepercayaannya juga salah.

Tapi pernah kepikiran aja, sumber dari penyebaran berita hoax sebenarnya adalah krn begitu banyaknya situs berita yg tidak kredibel dan akun sosmed yg juga tidak kredibel. Semua itu karena sampai saat ini kita masih bisa dengan bebas membuat akun sosmed, dengan nama apa pun, dengan identitas apa pun.

Andaikan Google, Yahoo, Hotmail, Facebook, dll.nya menghentikan kebebasan pembuatan akun dan meminta calon user untuk menginputkan identitas resminya, saya kok yakin banget orang akan mikir berkali2 sebelum menyebarkan berita hoax, karena akun mereka sudah disambungkan dengan nomor KTP masing2.  🙂